Jejak Awal Forensik Dimulai Dengan Perkembangan Praktik Penyelidikan Kriminal dari Zaman Kuno hingga Abad Pertengahan admin February 17, 2024

Jejak Awal Forensik Dimulai Dengan Perkembangan Praktik Penyelidikan Kriminal dari Zaman Kuno hingga Abad Pertengahan

Sejarah forensik membawa kita pada perjalanan melintasi zaman dan budaya yang berbeda, menawarkan pandangan yang menarik tentang bagaimana manusia telah mencari kebenaran dan keadilan dalam menghadapi tindak kriminal selama ribuan tahun. Dari kerajaan kuno hingga peradaban Mediterania, jejak awal forensik memberikan gambaran yang luas tentang evolusi praktik penyelidikan kriminal dari masa lalu hingga masa kini.

Praktik-praktik forensik yang berakar dalam sejarah kuno sering kali mencerminkan tantangan unik yang dihadapi oleh masyarakat pada saat itu, serta keyakinan dan nilai-nilai yang membentuk cara mereka berinteraksi dengan hukum dan keadilan. Dalam konteks ini, pemahaman tentang jejak awal forensik tidak hanya memberikan wawasan tentang perkembangan ilmu penyelidikan kriminal, tetapi juga mengungkap aspek-aspek budaya, agama, dan sosial yang mempengaruhi pendekatan terhadap penegakan hukum.

Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam lagi ke dalam sejarah forensik, fokus pada perkembangan praktik penyelidikan kriminal dari zaman kuno hingga Abad Pertengahan. Dengan memahami akar-akar sejarah ini, kita dapat mendapatkan penghargaan yang lebih besar terhadap pentingnya ilmu forensik dalam menegakkan keadilan, serta memahami bagaimana pengetahuan dan teknik yang kita miliki saat ini dalam bidang ini telah berkembang dari masa lalu yang jauh. Mari kita mulai dengan menjelajahi peran forensik dalam masyarakat kuno dan bagaimana praktik-praktik awal ini membentuk fondasi bagi disiplin ilmu penyelidikan kriminal yang kita kenal hari ini.

Zaman Kuno [Tradisi dan Kepercayaan dalam Penyelidikan Kriminal]

Pada zaman kuno, praktek penyelidikan kriminal seringkali didasarkan pada tradisi, kepercayaan, dan hukum adat. Meskipun belum ada metode ilmiah yang terstandarisasi, masyarakat kuno telah mengembangkan beberapa teknik untuk menentukan kesalahan atau kebenaran suatu tuduhan.

Salah satu praktik awal ini adalah uji air panas, di mana seseorang diperintahkan untuk menenggelamkan tangannya dalam air mendidih untuk membuktikan kebenarannya dalam mengklaim sesuatu. Meskipun metode ini jelas tidak ilmiah dan sering kali tidak efektif dalam menentukan kesalahan atau kebenaran, hal ini mencerminkan dorongan manusia untuk menemukan cara objektif untuk menyelesaikan konflik.

Perkembangan di Dunia Kun [Babilonia, Mesir, dan Yunani]

Di Babilonia kuno, hukum Hammurabi terkenal karena mencatat hukuman untuk berbagai kejahatan. Meskipun tidak ada metode forensik yang terdefinisi dengan jelas, hukum Hammurabi menunjukkan kesadaran akan pentingnya menegakkan keadilan dan mengatur tindak kriminal.

Di Mesir kuno, praktik embalming (pengawetan tubuh) digunakan untuk menyelidiki kematian yang misterius atau mencurigakan. Proses embalming ini, yang terkenal dengan mumifikasi, memungkinkan ahli forensik kuno untuk mempelajari tubuh dan mencari bukti tentang penyebab kematian.

Sementara itu, di Yunani kuno, terdapat beberapa penulis seperti Hippocrates dan Aristoteles yang melakukan kontribusi awal terhadap ilmu forensik. Mereka mempelajari pola luka dan efek racun pada tubuh manusia, meskipun pendekatan mereka sering kali lebih filosofis daripada ilmiah.

Penyelidikan Kriminal di Zaman Romawi

Di Roma kuno, penyelidikan kriminal seringkali didasarkan pada pengakuan terhadap tersangka, yang seringkali diperoleh melalui penyiksaan atau interogasi keras. Metode ini tidak hanya tidak etis, tetapi juga tidak dapat diandalkan karena seseorang dapat memberikan pengakuan palsu untuk menghindari hukuman.

Namun, ada juga beberapa perkembangan positif dalam praktik forensik pada masa Romawi. Misalnya, dalam kasus kematian yang mencurigakan, otopsi dilakukan oleh tabib untuk mencari tahu penyebab kematian. Meskipun tidak ada prosedur otopsi formal seperti yang kita kenal sekarang, praktik ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya mengumpulkan bukti fisik dalam penyelidikan kriminal.

Abad Pertengahan [Revolusi dalam Penyelidikan Forensik]

Abad Pertengahan menyaksikan revolusi dalam penyelidikan forensik, terutama di Eropa. Pada abad ke-12, raja Henry II dari Inggris mengeluarkan Assize of Clarendon, undang-undang yang mengatur penyelidikan kriminal dan sistem pengadilan. Hal ini mengarah pada pengembangan juri, yang memainkan peran penting dalam menentukan kesalahan atau kebenaran.

Selama periode ini, juga terjadi perkembangan penting dalam bidang forensik medis. Pada abad ke-13, di Italia, seorang dokter bernama Sung Tzu menyusun buku “The Washing Away of Wrongs”, yang merupakan panduan pertama tentang pemeriksaan forensik dan teknik penyelidikan kriminal. Buku ini memberikan panduan tentang cara memeriksa mayat untuk menentukan penyebab kematian dan mengumpulkan bukti-bukti fisik.

Jejak awal forensik dari zaman kuno hingga Abad Pertengahan mencerminkan dorongan manusia untuk mencari keadilan dan kebenaran dalam menghadapi tindak kriminal. Meskipun metode dan teknik yang digunakan pada zaman tersebut jauh dari ilmiah atau tepat, mereka membentuk dasar bagi perkembangan forensik modern.

Penting untuk memahami sejarah forensik karena hal ini membantu kita menghargai evolusi ilmu penyelidikan kriminal dan memahami bagaimana praktik-praktik tersebut telah membentuk sistem hukum yang kita miliki saat ini. Dengan belajar dari kesalahan dan pencapaian masa lalu, kita dapat terus meningkatkan dan mengembangkan teknik forensik yang lebih efektif dalam menegakkan keadilan di masa depan.

Write a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *